Tayangan infotainment kembali menjadi sorotan publik, pasalnya Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) melakukan “pembatasan” kepada jenis siaran tersebut. Terlebih setelah skandal video Arie Peterpan, Cut Tari dan Luna Maya menghebohkan tidak hanya dalam negeri, tapi juga luar negeri (Baca: Kasus Ariel Peterpan Mendunia)
Tindakan KPI bukan tanpa sebab, tercatat dari Januari hingga Juni 2010, KPI mendapat 490 keluhan dari masyarakat mengenai tayangan yang ada pertelevisian kita, 80 persen diantaranya di tunjukkan untuk tayangan infotainment. Dengan itu KPI menyatakan infotainment sebagai tayangan nonfaktual di mana harus melalui sensor sebelum di tayangkan.
Indikasi ini mungkin sedikit menggembirakan, soalnya ini menunjukkan masyarakat kita masih peduli dengan tayangan tayangan TV sekarang. Entah bagaimana kalau masyarakat kita sudah tidak memperdulikannya lagi.
Semoga kekritisan masyarakat kita terus berlanjut tidak hanya dalam lingkup infotainment saja, tapi juga siaran lainnya termasuk sinetron yang kini menjelang Ramadhan jumlahnya semakin banyak, namun tidak di barengi dengan kualitasnya, baik itu dari segi cerita maupun pemainnya.
Kembali ke masalah infotainment, apa yang di lakukan KPI ternyata mendapat dukungan anggota DPR, khususnya Komisi I DRR RI dan juga dewan pers. Ketiga lembaga tersebut sepakat adanya sensor terhadap tayangan infotainment di televise Indonesia
Lalu bagaimana pihak infotainment sendiri ?
Pimpinan Bintang Group, Ilham Bintang sebagai pihak yang mewakili pihak infotainment menilai rekomendasi KPI yang ingin mensensor infotainment merupakan tindakan yang mengada ada dan di luar wewenang lembaga tersebut. Sebab berdasarkan Persatuan Wartawan Indonesia
Lalu bagaimana dengan anda, setujukah infotainment di batasi ?
Kita semua tentu berharap tayangan pertelevisian kita dari drama, infotainment, reality show, komedi dan lain lainya bisa membawa manfaat bagi penontonnya, tidak hanya sebagai hiburan saja tapi juga sebagai bahan pemikiran masyarakat kita untuk menjadi lebih baik.
