Esok Indonesia , negara yang sejak lama di kenal sebagai negara indah, kaya dan subur ini akan menginjak usia yang ke 65. Usia yang seharusnya sudah merasakan jerih payah para pejuangnya terdahulu.
Lalu apa yang di dapat Indonesia di usia yang ke 65 ini ?
Presiden SBY, melalui pidato kenegaraan di Gedung DPR/MPR mengklaim keberhasilan pemerintah dalam melaksanakan perubahan demokrasi yang fundamental. Dalam pidatonya, sosok yang dekat dengan Presiden Amerika Serikat, Barrack Obama ini, banyak menceritakan kesuksesannya dalam membangun demokrasi di Indonesia .
"Dalam periode itu, kita juga telah melaksanakan proses desentralisasi yang sangat ekstensif. Kita juga menyelenggarakan pemilihan kepala daerah secara langsung di seluruh Indonesia . Pelaksanaan demokrasi langsung ini mengubah banyak hal. Kini, rakyatlah yang berdaulat, bukan lagi sekelompok orang yang mengatasnamakan rakyat," kata SBY di hadapan seluruh anggota DPD dan DPR RI di Gedung DPR/MPR.
SBY juga dengan bangga mengklaim Indonesia sebagai negeri demokrasi terbesar ketiga setelah India dan Amerika Serikat. Beliau menyebutkan semuanya itu sebagai “the quiet revolution” atau Revolusi Diam Diam.
Penjelasan di atas merupakan salah satu topik yang di angkat dalam pidato kenegaraan SBY hari ini. Sebenarnya masih ada topik lainnya seperti pertumbuhan ekonomi, identitas yang Bhineka Tunggal Ika, politik luar negeri dan perubhan iklim.
Bagaimana menurut anda ?
Entah di sadari apa tidak, keberhasilan yang Presiden SBY sebutkan merupakan sebuah “boomerang”. Kita lihat saja pemilihan kepala daerah di sejumlah tempat hampir di warnai kerusuhan. Sedangkan biaya yang di gunakan untuk pemilihan tersebut tidak lah sedikit.
Kemudian, perkataan “rakyatlah yang berdaulat”, rakyat yang mana yang di maksud. Ini merupakan pertanyaan klasik yang hanya bisa di jawab dan di lihat dari outputnya.
Di luar pro dan kontra dari demokrasi itu sendiri, namun yang perlu di ingat adalah KWANTITAS tanpa KUALITAS adalah PERCUMA alias SIA SIA. Dan jika ingin negara ini berdiri sebagaimana mestinya, maka itu jangan lupakan atau bahkan khianati apa yang di inginkan para pejuang kita dulu sebelum proklamasi di kumandangkan.