Begitu banyak permasalahan di masyarakat kita saat ini, intensitasnya semakin hari semakin meningkat. Bila pemerintah tidak mengatasinya dengan bijaksana, maka permasalahan ini ibarat bom waktu bagi masyarakat Indonesia.
Walaupun bukan bom yang sebenarnya, namun “bom waktu” ini berpeluang memberikan dampak “ledakan” yang mungkin lebih hebat dari bom yang sesungguhnya.
Kita lihat permasalahan yang menjadi bom waktu tersebut
1.Kasus Century
Sudah hampir 2 bulan Pansus Century bertugas dan lebih dari Rp 1 milyar uang di keluarkan untuk keperluan Pansus, namun sepertinya kasus Century belum tampak titik terangnya. Semua dokumen dan informasi yang di dapat Pansus baik itu dari saksi maupun dari para ahli masih di godok dan di analisa. Agenda terakhir yang akan di lakukan Pansus ialah pemberian pandangan dari tiap fraksi megenai kasus Century. Beberapa kalangan bahkan sudah bisa menilai Pansus ini akan berakhir dengan nol, artinya Pansus memberikan kesimpulan bahwa pembailoutan Century tidak melanggar apapun. Apabila ini terjadi tentu akan terjadi kekecewaan yang besar dari masyarakat Indonesia, khususnya para nasabah Bank Cenury yang sekarang berubah nama menjadi Bank Mutiara, yang mana sampai saat ini belum menerima uang pengganti tabungan mereka. Tercatat sudah 4 nasabah yang melakukan bunuh diri akibat stress uangnya belum di kembalikan.Uang rakyat yang jumlah lebih dari Rp 6 triliun entah akan kembali atau tidak.
2.Perdagangan Bebas dg China
Seperti apa yang pernah saya sharing sebelumnya mengenai perdagangan bebas dengan China ( Baca : Produk China Menjamur di mana mana ). Kini pemerintah benar benar kewalahan mengahadapi perdagangan bebas dengan China tersebut. Walaupun presiden SBY sudah menyampaikan bahwa tidak akan terjadi apa apa dengan adanya perdagangan bebas, namun kenyataannya sekarang pemerintah sedang “bersungguh sungguh” bernegoisasi ulang dengan China mengenai kerjasama perdagangan bebas. Ini membuktikan betapa tidak siapnya Indonesia menghadapi perdagangan bebas tersebut padahal AC-FTA sudah di rencanakan 5 tahun yang lalu. Walaupun di lain pihak AC-FTA dapat menekan inflasi jangka pendek, karena jumlah barang meningkat di dalam negeri, namun efek lain berupa berkurangnya produsen dalam negeri yang otomatis akan menimbulkan PHK tentu berakibat besar bagi masyarakat kita. Sektor industri akan berubah menjadi sektor jasa, di mana para pengusaha akan merubah orientasi bisnisnya dari produsen menjadi importir produk China. Bila itu terjadi maka semua produk dari makanan sampai barang akan berlabel made inChina yang selanjutnya akan membuat ekonomi Indonesia bergantung kepada China.
3.Pluralisme
Tidak bisa dipungkiri antara pendukung dan yang menolak pluralisme sekarang memiliki kekuatan yang seimbang. Apalagi setelah Gus Dur meninggal dunia, suara suara Pluralisme semakin nyanter terdengar, bahkan presiden SBY sendiri menambahkan Gus Dur adalah Bapak Pluralisme. Pertentangan antara kedua kubu tersebut sampai saat ini masih terjadi dan belum bisa di satukan. Apalagi sekarang banyak sekali aliran aliran baru yang bermunculan yang mana di mata Pluralisme hal itu menjadi sesuatu yang wajar dan sah. Berbeda dengan orang yang menolak Pluralisme, aliran aliran tersebut merupakan sesuatu yang di anggap penistaan agama dan tidak sah. Oleh karena tu mereka menganggap segala bentuk aliran tersebut tidak boleh exist dan harus di bubarkan, seperti kasus Ahmadiyah yang sampai saat ini kasusnya belum selesai.